Sabtu, 10 Juni 2017

Kepala - Kepala Daerah Yang Memegang Pemerintahan Di Sangihe Talaud Sejak Tahun 1947 Sampai Dengan Sekarang

KEPALA-KEPALA DAERAH YANG MEMEGANG PEMERINTAHAN DI SANGIHE TALAUD SEJAK TAHUN 1947 SAMPAI DENGAN SEKARANG

1.                   W. SARAPIL ( 1947 – 1949 ) ( Sebagai Kepala Daerah yang Pertama).
Setelah beliau menjadi Anggota dalam Pemerintahan N.I.T. maka ia diganti.
2.                  B. J. MEDELLU ( 1949 – 1950 )
Kemudian terjadi perubahan dalam Pemerintahan Raja-Raja dengan terbentuknya “Federasi Raja-Raja”.
3.                  Dalam Tahun 1950, Daerah Raja-Raja diganti pula dengan sebutan Daerah Swapraja. Keadaan berjalan terus dengan segala perubahan serta kemajuannya, maka pada tanggal 24 Agustus 1951, terbentuklah Dewan Pemerintahan Daerah (D.P.D) yang susunannya sebagai berikut :
Ketua             :      J. K. JANIS
Anggota        :      L. WUATEN
                               A.TOMPOH
                               D. LAMPAH
                               A. JACOBUS
Dan karena J. K. JANIS sebagai Ketua D.P.D, maka ia ditentukan sebagai Kepala Daerah yang ke III.
4.                 Pada akhir tahun 1951, Pemerintah Pusat menetapkan HASAN DATUNSOLANG MANOPO sebagai Bupati / Kepala Daerah yang ke IV hingga tahun 1953.
5.                  ABDULLAH AMU ( 1953 – 1955 )
6.                 Drs. R. H. LALISANG ( 1955 – 1957 )
7.                  CHARLES DAVID ( 1957 – 1958 )
8.                  ALEX M. JACOBUS ( 1958 – 1959 )
9.                 BOAZ DAUHAN ( 1959 – 1960 )
10.              HARRY SOETOJO ( 1960 – 1965 )
11.                 Drs. NAPATURUN PARAWANGSA ( 1965 – 1966 )
12.               HARRY SOETOJO ( 1966 – 1969 )
13.               JAN MAURITS LAIHAD ( 1969 – 1970 )
14.               Drs. JUDA TINDAS ( 1970 – 1975 )
15.               Let. Kol. R. HADI SOETRISNO ( 1975 – 1981 )
16.               Let. Kol. JAN MENDE ( 1981 – 1986 )
17.               Let. Kol. ANDRIS LUTIA ( 1986 – 1991 )
18.               A. H. J. PURUKAN, BA ( 25 April – 05 September 1991 )
19.               Kol. Inf. OLDEN BARNEVELD KARAMBUT ( 1991 – 1996 )
20.             Kol. Inf. FREDDY K. MANAHAMPI ( 1996 – 2001 )
21.               A. J. Th. MAKAMINAN, SE dengan Wakil Bupatinya
Drs. WINSULANGI SALINDEHO ( 2001 – 2004 )
22.              Drs. WINSULANGI SALINDEHO ( 2004 – 2006 )
Setelah A. J. Th. MAKAMINAN, SE meninggal dunia, wakilnya Drs. WINSULANGI SALINDEHO melanjutkan sisa masa jabatan.
23.              Drs. WINSULANGI SALINDEHO dengan Wakilnya
JABES ESHAR GAGHANA, SE ( 2006 – 2011 )
24.             Drs. H. R. MAKAGANSA, M.Si dengan Wakil Bupatinya
JABES E. GAGHANA, SE, ME ( 2011 – 2016 )
25.              JABES E. GAGHANA, SE, ME dengan Wakil Bupatinya

HELMUD HONTONG, SE ( 2017 – Sekarang )

Upacara Adat Tulude



Upacara Adat Tulude

Kamis, 14 Mei 2015

Batu Bukide



Bukide; Tahta Raja Tabukan, Legenda Putri Sangiang,
dan Potensi Wisata

Bukide adalah sebuah Desa di Kecamatan Nusa Tabukan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Desa ini menyimpan cerita yang menarik. Di dekat Desa Bukide ada sebuah Pulau Batu yang ukurannya tidak terlalu luas yang menjulang bagai menara di tengah lautan. Masyarakat setempat menamainya Batu Bukide dan dari sinilah cerita bermula.

 Batu Bukide


Alkisah terdapat sebuah Kerajaan yang digdaya pada zaman dahulu kala, namanya Kerajaan Tabukan. Raja Kerajaan Tabukan ini memiliki putri yang sangat cantik bernama Putri Sangiang. Mashyur kecantikan sang putri pun terdengar hingga ke Kerajaan tetangga yaitu Kerajaan Siau, Raja Kerajaan tersebut pun terpikat dan ingin mempersunting sang Putri. Namun sang Putri Sangiang menolak pinangan itu karena tidak suka dengan perilaku buruk Raja Siau yang punya banyak istri. Raja Siau pun geram bukan kepalang mengetahui pinangannya ditolak, tanpa pikir panjang sang Raja yang gelap mata pun menculik Putri Sangiang ke Kerajaannya di Siau. Raja Tabukan pun tidak kalah marah karena buah hatinya diculik, dari atas tahta kerajaannya yang konon berada di Puncak Batu Bukide. Ia pun memerintahkan untuk membawa kembali Putri Sangiang, tidak peduli apapun yang harus terjadi di Siau sana nanti. Ia memerintahkan panglima perang terhebat Kerajaan Tabukan yang tidak lain juga adalah sepupu dari Putri Sangiang untuk menyelesaikan tugas ini.
 



Ternyata Putri Sangiang juga bukan orang sembarangan. Sesampainya di Siau, sang Putri mengubah dirinya menjadi air yang membuat Raja Siau tambah geram karena tidak mengetahui bahwa sang Putri juga orang yang sakti. Raja Siau marah karena merasa tidak ada gunanya juga ia menculik sang Putri yang sekarang berubah menjadi air. Bersamaan dengan itu sepupu Putri Sangiang yang diutus Raja Tabukan pun tiba di Siau menyamar sebagai nalayan. Ia langsung menyusun taktik untuk merebut kembali sang Putri, dilubanginya seluruh kapal perang Kerajaan Siau sebagai taktik pertama.
Raja Siau yang kehabisan akal kemudian mengadakan sayembara untuk mengembalikan Putri Sangiang kewujud semula, siapa yang berhasil akan mendapat imbalan berupa emas. Mendengar hal ini sepupu Putri Sangiang langsung ikut ambil bagian karena ia tahu bagaimana mengembalikan saudara perempuannya tersebut kewujudnya yang cantik. Dan benar saja, ketika hari sayembara berlangsung sepupu sang Putri maju ke podium dengan membawa sebuah mangkuk untuk menaruh wujud air dari sang Putri Sangiang, mangkuk inilah yang menjadi kunci untuk mengembalikan wujud sang Putri kembali keasalnya.
Simsalabim, sang Putri seketika kembali kewujud asalnya yang sangat cantik jelita. Raja Siau sangat terpukau melihat hal ini, terlebih lagi ia sangat terkesima dengan kecantikan sang Putri. Ditengah terpukaunya sang Raja Siau, sepupu Putri Sangiang langsung membawa kabur saudara perempuannya itu ke pantai kemudian disuruhnya sang Putri naik keatas perahu. Sadar akan hal ini, Raja Siau langsung memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan strategi awal sang Panglima Perang Tabukan tadi berhasil karena ketika pasukan Raja Siau bergegas mengejar tidak lama kemudian kapal-kapal mereka tenggelam karena telah dilubangi. Konon dengan tiga kayuhan dayung saja Putri Sangiang sudah berhasil sampai kembali ke Kerajaan Tabukan dari Kerajaan Siau yang jaraknya cukup jauh.
Kejadian-kejadian inilah yang kemudian memicu terjadinya perang antara Kerajaan Tabukan dan Kerajaan Siau. Dalam perang pihak yang sering mengalami kemenangan adalah pihak Kerajaan Siau. Namun ada satu tempat yang hingga akhir tidak dapat mereka kuasai, tempat itu adalah Batu Bukide, Singgasana sang Raja.
Konon setiap orang Siau yang mencoba menaikinya pasti mati dan mitos itu masih berlaku hingga sekarang.
 dari puncak batu bukide



Selain cerita diatas, Desa Bukide juga menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar. Sepanjang pantainya ditumbuhi karang yang cantiknya bukan main, agak ketengah kita akan menjumpai wall atau dinding laut yang juga ditumbuhi karang serta dihuni berbagai jenis ikan. Menyelam merupakan atraksi yang bisa jadi suguhan ketika kita berkunjung kesana. Kita juga wajib mengunjungi Batu Bukide ketika kita ke desa ini, hanya dibutuhkan waktu sepuluh menit menyeberang dari Desa Bukide lalu sepuluh menit lagi untuk pendakian, pemandangan diatas sangatlah menakjubkan, lautan jernih serta cantiknya gugusan pulau akan sangat memanjakan mata. Sebenarnya ketika berkunjung ke Desa Bukide kita juga bisa island hopping ke lokasi sekitar yang masih berada diwilayah Kecamatan Nusa Tabukan ini, ada Pulau Poa yang letaknya juga tidak jauh dari Desa Bukide yang merupakan pulau tidak berpenghuni yang juga memiliki pemandangan bawah laut yang menawan. Ada Pulau Liang, Pulau Buang dan beberapa diving spot lainnya yang tersebar di wilayah Kecamatan Nusa Tabukan ini.
Ada sedikit informasi untuk mencapai ke tempat cantik ini. Pertama kita harus ke Manado dulu untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Kepulauan Sangihe. Yang perlu diketahui adalah kita harus memilih hari keberangkatan yang pas karena jadwal pesawat dari Manado ke Kabupaten Kepulauan Sangihe dan sebaliknya hanya ada setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Sesampainya di Bandara Naha (Kabupaten Kepulauan Sangihe) kita bisa langsung memesan ojek atau mobil sewaan menuju Pelabuhan Petta di Kecamatan Tabukan Utara. Dari Pelabuhan Petta kemudian kita bisa menyewa Pamboat (perahu nelayan) untuk mengunjungi pulau-pulau di Kecamatan Nusa Tabukan.
Catatan: Penginapan disini masih minim jadi pintar-pintarlah kita bersosialisasi dengan masyarakat agar diberi tempat menginap. Jika ingin menyelam, kita bisa menghubungi Dinas Pariwisata setempat atau Politeknik Nusa Utara untuk membantu menyediakan peralatan selam.
Dan cerita diatas masih sebagian kecil dari potensi Pariwisata Sangihe. Pantai pasir putih yang cantik Pananualeng, Gunung Api Awu bagi yang senang mendaki gunung, Gunung Api bawah laut Mahengetang di Kecamatan Kepulauan Tatoareng, Wisata Sejarah Perang Dunia di Tamako, dan Wisata perbatasan di Pulau Marore adalah daya tarik di Kabupaten ini.